Serangan Israel ke RS Al-Shifa Bikin Sekutu Ngambek

 Serangan pasukan Israel ke Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza kini menjadi senjata makan tuan. Kecaman dunia internasional jadi tambah dan negara selanjutnya terancam kehilangan sekutu.

Dikutip dari The Guardian, Sabtu (18/11/2023), Israel menghadapi gelombang kecaman internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya, saat PBB dan badan-badan bantuan menunjukkan keprihatinan atas dampak serangan selanjutnya terhadap staf dan pasien.

Serangan Israel ke RS Al-Shifa Bikin Sekutu Ngambek


Kian besarnya kecaman world dari negara-negara Arab dan Barat mengakibatkan pertanyaan perihal berapa lama lagi Israel bisa melanjutkan serangannya di dalam menghadapi berkurangnya bantuan internasional.


Amerika Serikat (AS), misalnya, menunjukkan tak membantu serupa sekali operasi militer atas tempat tinggal sakit tersebut, bersama menyatakan bahwa mereka tidak mengizinkan keputusan Israel.


PBB pun angkat berkata perihal pembantaian di Gaza tersebut, dan disaat tekanan meningkat terhadap siang hari, Israel mengalah bersama mengumumkan akan mengizinkan konvoi bantuan di dalam kuantitas tak terbatas lewat penyeberangan Rafah di perbatasan Mesir. Konvoi bantuan dibatasi cuma 30 truk per hari disaat PBB menyatakan diperlukan ratusan truk untuk mengurangi kelaparan.


PBB dan badan-badan bantuan menunjukkan keprihatinan besar atas penggerebekan tempat tinggal sakit tersebut. "Saya terperanjat bersama laporan serangan militer di tempat tinggal sakit al-Shifa," kata kepala badan kemanusiaan PBB, Martin Griffiths, terhadap X. "Perlindungan terhadap bayi baru lahir, pasien, staf medis dan semua warga sipil mesti mengesampingkan semua kekuatiran lainnya. Rumah sakit bukanlah medan pertempuran."


Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan badan selanjutnya lagi kehilangan kontak bersama staf di tempat tinggal sakit. "Kami terlalu mencemaskan keselamatan mereka dan pasien mereka," katanya.


Komite Palang Merah Internasional menyatakan mereka "sangat prihatin bersama dampaknya terhadap orang-orang yang sakit dan terluka, staf medis, dan warga sipil".

Baca Juga : Pijat Panggilan Jakarta HANAGI 

Philippe Lazzarini, kepala Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina, menyatakan operasi badan selanjutnya di Gaza berada di ambang kehancuran. "Pada akhir hari ini, kira-kira 70% penduduk di Gaza tidak punyai akses terhadap air bersih," katanya.


Kecaman world yang ditimbulkan oleh pengambilalihan tempat tinggal sakit juga membawa terhadap terobosan di PBB di New York, bersama AS mencabut ancamannya untuk memveto resolusi baru yang disiapkan oleh Malta yang menyerukan jeda dan koridor kemanusiaan yang luas sepanjang beberapa hari untuk amat mungkin bantuan kemanusiaan sampai ke warga sipil di Gaza.


Rancangan resolusi tersebut, yang tekankan keadaan anak-anak di nyaris setiap paragrafnya, "mengharuskan semua pihak untuk menghormati kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional, khususnya perihal bantuan warga sipil, khususnya anak-anak". Mereka juga menyerukan Hamas untuk membiarkan sandera.


Sikap Pemimpin Dunia

Sebelumnya Rabu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melontarkan kritik paling keras kepada Israel, menyerukan agar para pemimpinnya diadili atas kejahatan perang di pengadilan internasional di Den Haag.


"Dengan kebiadaban mengebom warga sipil yang memaksa mereka terlihat dari tempat tinggal mereka saat mereka direlokasi, perihal ini terlalu terorisme negara," kata Erdogan perihal Israel saat ia berkata di parlemen Turki. "Saya sekarang mengatakan, bersama hati yang tenang, bahwa Israel adalah negara teror."


Adapun Turki telah menarik diplomatnya dari Israel di sedang respon negara selanjutnya terhadap serangan Hamas terhadap 7 Oktober.


Komentar paling baru Erdogan mendapat respon keras dari Israel, di mana pemimpin oposisi, Yair Lapid, menyatakan tidak akan mengambil pelajaran moralitas dari Erdogan, yang menurutnya punyai catatan hak asasi manusia yang buruk.


"Israel membela diri melawan teroris brutal Hamas-ISIS, yang beberapa di antaranya diizinkan beroperasi di bawah naungan Erdogan," katanya.


Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau pada mulanya menyebabkan marah Israel bersama menyerukan pasukannya untuk berhenti "membunuh bayi".


Presiden Perancis Emmanuel Macron juga turut buka nada bersama menegaskan bahwa negara-negara barat tidak bisa mengfungsikan standar ganda.


"Kami mengutuk bersama tegas semua pemboman terhadap warga sipil, khususnya infrastruktur sipil yang mesti dilindungi berdasarkan hukum internasional dan hukum kemanusiaan kami," tuturnya.


Kementerian Luar Negeri Prancis juga menyatakan Prancis terlalu prihatin bersama operasi militer di al-Shifa. "Tidak tersedia pemanfaatan infrastruktur sipil untuk obyek militer yang bisa diterima," katanya.


"Masyarakat Palestina tidak semestinya menanggung akibatnya atas kejahatan yang dikerjakan Hamas, khususnya lagi mereka yang rentan, terluka atau sakit dan para pekerja kemanusiaan."


Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sánchez, mendesak Israel untuk mengakhiri "pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga Palestina" di Gaza.


"Kami menuntut gencatan senjata langsung dari pihak Israel di Gaza dan kepatuhan yang ketat terhadap hukum kemanusiaan internasional, yang jelas-jelas tidak dihormati saat ini," katanya di dalam debat di parlemen.


Senada, Arab Saudi menyatakan serangan itu terlalu brutal. Bukan cuma RS Al-Shifa, Israel pada mulanya juga membom RS Lapangan Yordania.


"Kerajaan tekankan perlunya mengaktifkan mekanisme akuntabilitas internasional perihal pelanggaran yang sedang terjadi dan praktek brutal serta tidak manusiawi yang dikerjakan pasukan pendudukan Israel," kata kementerian dikutip Al Jazeera.


"Terhadap anak-anak, perempuan, warga sipil, sarana kebugaran dan tim bantuan," tambahnya. 

Popular posts from this blog

Menteri Israel Ancam Nuklir Gaza, Arab Saudi Tanggapi Langsung

Mayat tentara IDF berusia 19 tahun ditemukan di Gaza, kata militer Israel